Batu Klawing,
Purbalingga
Purbalingga
Di gambar 2 terlihat fenomena yang lebih aneh lagi. Batu hijau Klawing tampak dilengkapi dengan hiasan mineral berwarna putih kehijauan yang memancar begitu indahnya bagaikan sinar mentari. Mang Okim tadinya sempat bingung menebaknya, mineral apakah gerangan. Beruntunglah mang Okim punya simpanan larutan HCl . Mineral yang memancar ini ternyata sangat reaktif dengan HCl sehingga susunan kimianya pastilah dari keluarga besar karbonat . Selain dari itu, mineral ini tergores oleh mineral fluorit yang kekerasannya hanya 4 skala Mohs. Walaupun berat jenisnya belum sempat diuji, mang Okim sudah berani menebak bahwa mineral berstruktur radial ini kira-kira adalah mineral keluarga karbonat jenis Aragonite . Mineral Aragonite semacam ini pernah mang Okim temukan di Singajaya, Garut, dalam urat-urat jasper berwarna merah dan hijau. Di contoh batuan lainnya yang didapat di DAS Klawing , terlihat mineral Aragonite dengan struktur radial yang mengisi lobang-lobang kosong di antara fosil koral yang telah tersilisifikasi ( gambarnya kurang berhasil sehingga tidak dilampirkan ).
GAMBAR 1 : Batu Panca Warna Klawing yang di bagian pinggirnya mengandung batu jasper jenis " Le Sang du Christ ". Perhatikan ragam warna dan corak gambar serta kilapnya yang bagaikan cermin.
GAMBAR 2 : Mineral Aragonite yang memancar indah dalam massa dasar batumulia hijau jenis kalsedon hijau / Krisopras ( Chrysoprase ). Kualitas polesnya tidak berbeda dengan Batu Panca Warna pada gambar 1 di atas, bagaikan cermin.
Tidak seluruhnya Jasper Hijau
Hasil uji gemologi terhadap mineral berwarna hijau yang menyelimuti mineral radial Aragonite pada gambar 2 ternyata bukan jenis jasper hijau melainkan kalsedon hijau. Hal ini dibuktikan oleh sifat tembus cahayanya dimana potongan setebal 2 mm yang kemudian dibuat batu permata berbentuk kabocon ternyata tembus cahaya alias translusen. Seperti kita ketahui, batumulia jenis jasper prinsipnya tidak tembus cahaya. Kalau kita " lanjutkan " pengujiannya dengan alat refraktometer, hasilnya sungguh menggembirakan karena nilai indek refraksinya sama dengan yang dimiliki Chrysoprase atau Krisopras yaitu sekitar 1,530-1,534. Dengan demikian maka nilai komersialnya tentu lebih tinggi dari sekedar jasper - - - ta' iya !
Kembali ke yang namanya batu " Le Sang Du Christ " yang menjadi populer setelah diberitakan 2 kali di koran Kompas tanggal 15 dan 21 Juni 2009 ( terima kasih kepada Ibu Madina Nusrat, wartawan Kompas Jateng yang meliput kegiatan kuliah lapangan mahasiswa geologi UNSOED di DAS Klawing tanggal 13 dan 27 Juni 2009 ), mang Okim sitir kalimat yang ditulis oleh Walter Schumann dalam bukunya tahun 1979 berjudul : Guide des pierres precieuses, pierres fines, pierres ornementales halaman 128 : " Des pouvoirs magiques lui furent attribues au Moyen-Age, car ses eclaboussures rouges passaient pour etre des gouttes du sang du Christ " yang artinya : " Di abad pertengahan, kekuatan-kekuatan magis dipercaya terkandung dalam batu ini, karena cipratan-cipratan warna merah di dalamnya dianggap sebagai tetesan-tetesan darah Kristus ". Mang Okim sengaja tuliskan kalimat ini karena di internet ada yang mempertanyakan tentang lokasi tempat Kristus disalib, mengapa kok pindah ke Purbalingga, bukannya di Golgotta ?!
Artikel asli ada di http://gemafia.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=84:-misteri-batu-klawing-purbalingga&catid=39:todaynews&Itemid=9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar